Hai......hai....! Selamat datang di rumahkatasuta.blogspot.com.
Senang sekali kamu mengunjungiku. Silakan masuk ke blog ini kapan pun kamu mau. Kamu dapat mengambil, menambah, atau memesan apa pun di sini. Oke, mulai sekarang kamu adalah bagian dari aku.
Jangan lupa datang lagi, ya!
Makasih, maturnuwun.
SERAMBI
Kamu dapat menulis apapun di sini tentang bahasa dan sastra, baik hasil penelitian, hasil kuliah/belajar, atau buku/teks yang pernah kamu baca di kolom ini. Selain itu, kamu juga boleh nulis tentang bahasa yang kamu pakai sehari-hari atau bahasa yang ada di sekelilingmu. Untuk tulisan jenis ini, kamu boleh pake bahasa gaul atau disesuaikan dengan karaktermu. Percaya deh! Apapun kata-kata yang kamu tulis pasti bermanfaat.
wara-wiri antara Semarang-Demak, Semarang/Jawa Tengah, Indonesia
Blog ini lebih diutamakan memuat tulisan ilmiah tentang bahasa dan sastra Indonesia.
Dengan demikian, tidak terkecuali semua kata dan bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Blog ini semacam rumah yang boleh dihuni oleh berbagai jenis kelamin, berbagai usia, dan berbagai jenjang pendidikan.
Hai! Mulai hari ini rumahkatasuta ikut menjaga kesehatan kamu. Bukankah kesehatan sangat penting untuk menikmati hidup ini? Nah, bagi kamu-kamu yang gak punya waktu untuk bersihkan telinga, rumahkatasuta menyediakan perawatan telinga berupa terapi telinga dengan menggunakan lilin khusus. Terapi ini cukup aman dan efisien. Hal ini disebabkan pembersihan telinga cukup hanya dengan membakar lilin khusus yang nantinya dapat menyedot keluar kotoran dalam telinga tanpa harus memasukkan alat atau mengorek kotoran telinga secara langsung. Rumahkatasuta menawarkan pengganti jasa pembelian lilin dan perawatan cukup 25.000 rupiah saja. Sangat jauh lebih murah dibandingakan biaya perawatan serupa di tempat lain kan? Kalau kamu ingin dimasker sembari diterapi, cukup menambah 10.000 rupiah saja. Bagaimana masih sangat ringa kan kocek yang keluar dari sakumu? Ayo, datang saja ke alamat rumahkatasuta di Berlian Raya, Tembalang, Semarang. Oke? Kutunggu ya! (Suta)
Kesalahan Ejaan dalam Surat Kabar
ABSTRAK Redaktur surat kabar adalah orang yang menjadi anutan dalam tulis-menulis. Tulisan seorang redaktur surat kabar menjadi tolok ukur penguasaan ejaan surat kabar itu sendiri. Salah satu tulisan yang menampilkan kemampuan berbahasa tulis redaktur surat kabar adalah ”Tajuk Rencana”. Alasan pemilihan tulisan tersebut sebagai objek penelitian adalah pertama, mereka yang menulis dalam tajuk rencana tersebut adalah para redaktur surat kabar. Kedua, apa yang ditulis dan cara menulis seorang redaktur dapat menjadi tolok ukur kemampuan dan penguasaan ejaan redaksi surat kabar. Ketiga, tulisan tajuk rencana diperuntukkan bagi semua pembaca. Penelitian ini bertujuan menemukan dan menjelaskan kesalahan ejaan surat kabar. Selain itu, untuk menemukan dan menjelaskan penyebab terjadinya kesalahan ejaan redaktur surat kabar dalam ”Tajuk Rencana” tersebut. Manfaat teoretis penelitian ini adalah memberi kontribusi wawasan kebahasaan bagi perkembangan linguistik. Adapun praktisnya adalah memberi gambaran kepada pembaca tentang sejauh mana kesalahan ejaan bahasa tulis yang digunakan para redaktur. Dengan demikian, pembaca dapat memilih dan memilah penulisan mana yang dijadikan anutan. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data tulisan redaktur surat kabar dalam tajuk rencana penulis analisis dengan mengacu pada pedoman ejaan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tulisan redaktur surat kabar dalam tajuk rencana tersebut banyak terdapat kesalahan ejaan. Kesalahan tersebut pada pemakaian tanda baca, penulisan huruf kapital, penulisan huruf miring, dan pemenggalan. Kecenderungan kesalahan ejaan yaitu pada tanda baca. ABSTRACT A newspaper editorial staff is a group of people to whom most readers engage in writing pursuits. The work of certain editorial staff, however, has become a standar or system used in stating the mastery of spelling system of a certain printed media, a newspaper, he writing competency is an editorial. Hence, an editorial is choosen as the object of the research. There are some reasons why an editorial is chosen as the object of the research. First, the editorial writings are provided by the editorial staff. Second, what is written and the way the editorial staff writes can be a significant measure of his or her written spelling system mastery and competency. Third, editorial writings are provided to all readers. The research aims at investigating and explaining incorrect written spellings employed in editorial writings. Moreover, it also tries to investigate and to explain some factors lead to incorrect written spellings. Theoretical significance of the research is to provide contribution to further developments of linguistics. Practically, it tries to describe some written incorrect spellings of the editorial staff”s. Hence, the readers will manage to recognize whether certain written spellings are correct or incorrect, and to decide in engaging or not enganging in the editorial staff”s spellings pursuit. The research employs qualitative-descriptive approach. The data, taken from editorial writings, is analyzed based on the Indonesian standard written spelling system. Based on the research, it can be concluded that there are great numbers of incorrect spellings employed iin editorial writings. Finally, the incorrect spellings cover incorrect usage of pungtuations, incorrect usage of capital letters, incorrect usage italic letters, and mostly, punctuations. Key word: norm, spelling, editorial staff, news paper
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sikap positif dalam berbahasa Indonesia merupakan bentuk sikap menghargai bahasa Indonesia. Penghargaan terhadap bahasa Indonesia dapat ditunjukkan dengan kesetiaan pemakaian bahasa Indonesia. Kesetiaan terhadap bahasa Indonesia itu dapat diwujudkan dengan berusaha berbahasa Indonesia dengan baik dan benar pada setiap kesempatan, baik secara lisan maupun tulisan. Patuh terhadap kaidah bahasa Indonesia merupakan salah satu upaya menuju sikap positif berbahasa. Sikap positif berbahasa Indonesia tidak hanya dilakukan pada komunikasi lisan saja, tetapi juga pada komunikasi tulis. Hal ini mengingat perubahan budaya masyarakat Indonesia dari budaya dengar-bicara menuju budaya baca-tulis. Perubahan orientasi masyarakat tersebut ditunjang dengan perkembangan teknologi, terutama alat-alat komunikasi, misalnya perkembangan media massa cetak dan munculnya media komunikasi canggih seperti telepon genggam dan internet. Disadari atau tidak telah tercipta suatu komunikasi bentuk tulis. Penggunaan huruf-huruf dan tanda baca merupakan sarana menjalin komunikasi secara tertulis. Penggunaan huruf-huruf dan tanda baca ada dalam bahasa tulis. Penggunaa huruf-huruf dan tanda baca secara tepat tidak lepas dari kaidah bahasa yaitu ejaan. Oleh karena itu, ejaan hanya ada di dalam bahasa tulis. Ejaan yang berlaku di Indonesia berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa itu memuat kaidah pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. Ejaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (2002:285). Bahasa tulis merupakan sarana berkomunikasi media massa terutama media massa cetak, khususnya surat kabar yang dari waktu ke waktu mengalami perkembangan amat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah surat kabar yang terbit di setiap harinya terus bertambah. Penambahan ini bukan hanya jumlah surat kabar itu sendiri, melainkan juga jenis surat kabar yang diterbitkan. Kalau kita cermati surat kabar yang terbit di setiap harinya, surat kabar ada yang berskala lokal dan ada yang berskala nasional. ”Tajuk Rencana” merupakan salah satu tulisan dalam surat kabar yang menarik untuk dibaca. Tajuk rencana adalah karangan pokok dalam surat kabar, majalah, dan sebagainya (Pusat Bahasa, 2002:1123). Oleh karena itu, sudah sepatutnya penulisan ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar mematuhi kaidah ejaan. Hal ini mengingat surat kabar sebagai salah satu media berkomunikasi dalam bentuk tulis tidak luput dari penggunaan kata, huruf, dan tanda baca. 1.2 Rumusan Masalah Apabila dicermati penyajiannya berupa kata-kata, huruf, maupun tanda baca, tajuk rencana sebagai karangan pokok dalam surat kabar yang ditulis oleh redaktur masih dijumpai sistem penulisan yang tidak tepat. Tentu saja kondisi penulisan semacam ini tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kesalahan ejaan yang bagaimnakah yang terdapat pada ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar. 2) Bagaimanakah pembetulan kesalahn ejaan yang terdapat pada ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada dasarnya adalah memecahkan masalah yang telah dirumuskan (Moleong, 1994:65). Oleh karena itu, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mendeskripsikan kesalahan ejaan yang terdapat pada ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar. 2) Melakukan pembetulan kesalahan ejaan pada ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberi manfaat secara teoretis dan praktis. Manfaat teoretisnya adalah memberi kontribusi wawasan kebahasaan bagi perkembangan linguistik dan sosiolinguistik. Adapun manfaat praktisnya adalah memberi gambaran kepada pembaca tentang ejaan yang digunakan oleh surat kabar, terutama tulisan redaktur dalam bentuk ”Tajuk Rencana”. Dengan demikian, pembaca dapat memilih dan memilah penulisan ejaan yang tepat yang dapat dijadikan anutan. 1.5 Tinjauan Pustaka Sepengetahuan penulis, penelitian mengenai tulisan :Tajuk Rencana” di surat kabar sudah pernah ada. Namun demikian, penelitian yang sudah dilakukan tidak khusus mengkaji masalah ejaan. Oleh karena itu, penelitian ini sebagai pelengkap penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. 1.6 Landasan Teori 1.6.1 Interaksi Sosial Bahasa yang ditulis oleh seorang penulis akan berpengaruh bagi orang yang membaca. Begitu pula dengan bahasa seorang redaktur surat kabar sebagai penulis ”Tajuk Rencana”. Selain itu, dari bahasa yang dipergunakannya, pembaca dapat menilai bobot tulisan redaktur surat kabar tersebut. Cara menulis dan pilihan kata yang digunakan jika dinilai baik, benar, dan menarik cenderung akan dijadikan anutan pembaca dalam menulis. Hal ini disebabkan media massa memiliki pengaruh besar terhadap gaya tulis-menulis masyarakat. Mereka setiap hari diberi cintoh kalimat-kalimat yang komunikatif, kalimat yang menulik pada sasaran, dan berdaya sentuh. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat bahwa tajuk rencana merupakan rubrik yang ampuh dalam kegiatan memengaruhi (to influence, persuade) khalayak karena merupakan sajian yang faktual, logis, argumentatif, dan-yang tidak kurang pentingnya-ditulis oleh wartawan yang peranannya tidak commited, tetapi murni untuk kebaikan semua pihak. Hal ini sudah tentu merupakan peninjauan dari segi ilmu. Apabila pada kenyataannya ada tajuk rencana yang ditulis oleh seorang wartawan untuk kepentingan pihak tertentu, itu bukan kesalahan ilmu, melainkan kesalahan orang yang menggunakan ilmu itu (Effendy, 2002:158). Dalam buku Sosiologi Bahasa dinyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk berkomunikasi dalam proses sosialisasi, yang diberi pemerian secara formal dan abstrak, dan kadang-kadang kaku oleh linguistik (khususnya mikrolinguistik) (Fishman dalam Alwasilah, 1989:3). Ada pendapat yang menyatakan bahwa bahasa Indonesia sekarang ini sedang sakit. Bahasa Indonesia tidak lagi dapat digunakan sebagai sarana komunikasi yang dapat diandalkan, bertolak dari sudut pandang yang keliru tentang bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi verbal harus dibedakan dari kemampuan seseorang di dalam menggunakannya secara tertulis ataupun lisan. Dengan demikian, yang sedang sakit dan berjalan di tempat itu adalah (para) pemakainya, bukan bahasa Indonesia (Alwi, 2000:61). Mengingat hal tersebut di atas, diperlukan sikap positif terhadap bahasa. Sikap positif terhadap bahasa sebenarnya bukan hal yang mudah. Pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah dan dengan situasinya adalah salah satu sikap positif. Hal itu terjadi jika orang tidak asal jadi dalam berbahasa. Seandainya untuk keperluan resmi pun, orang menganggap bahwa dalam berbahasa itu yang terpenting ialah asal kawan bicara dapat menangkap maksud pembicaraan, dapat dikatakan bahwa orang itu tidak bersikap positif. Orang yang melakukan kesalahan dengan disadari berarti yang bersangkutan tidak bersikap positif. Sikap tidak positif terbentuk jika orang tahu atau sudah diberitahu bahwa ia melakukan kesalahan, tetapi enggan berusaha memperbaikinya (Jumariam, 2000:186-187). 1.6.2 Bahasa dan Media Massa Fungsi dan peranan media massa yang pernah disebut dalam masyarakat kita cukup beraneka ragam, mencerminkan harapan dan keinginan politis yang berubah dari zaman ke zaman terhadap komunikasi massa (Dahlan, 2003:3). Bahasa surat kabar adalah bahasa tulis yang masih berpijak pada kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Walaupun kemungkinannya bahasa dalam media cetak tersebut dari bahasa lisan yang diubah menjadi bahasa tulis, tidak terkecuali ”Tajuk Rencana” sebagai bagian dari tulisan dalam media massa cetak. ”Tajuk Rencana” adalah tulisan yang merupakan pokok berita yang masih berpijak pada kaidah bahasa Indonesia. Mengingat tulisan ini ditulis oleh redaktur surat kabar itu sendiri, tentu saja sudah mengalami tahap pengeditan atau penyuntingan. Dalam bentuk bahasa tulis, tulisan dianggap kurang berarti jika ejaannya tidak tepat. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan dalam ”Tajuk Rencana” seharusnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. 1.6.3 Ragam Bahasa Teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini adalah ragam bahasa. Ragam bahasa yang dijadikan sebagai tolok ukur adalah ragam baku dan ragam bahasa yang diteliti adalah ragam tulis baku. Baku atau standar berpraanggapan adanya keseragaman. Proses pembakuan sampai taraf tertentu berarti proses penyeragaman kaidah, bukan penyamaan ragam bahasa atau penyeragaman variasi bahasa (Alwi, 2003:14). Ragam bahasa pada penelitian ini tentu saja penyesuaian situasi resmi pada ”Tajuk Rencana” dengan kaidah ejaan. Kesalahan ejaan tidak dapat terlepas dari acuan bahasa baku karena bahasa baku merupakan tolok ukur tingkat keformalan bahasa. Bahasa baku maksudnya, suatu variasi bahasa yang digunakan sebagai ukuran baik dan benar dalam komunikasi yang bersifat resmi, baik lisan maupun tulis. Ragam baku memunyai beberapa persyaratan linguistik dalam hal fonologi, morfologi, situasi, dan leksikon. Tiga hal pertama tersebut mengacu pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dan leksikon menggunakan acuan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ragam baku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ragam bahasa jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi (misal surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicaraan dilakukan di depan umum. Adapun yang dimaksud dengan ragam tulis adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media tulis, tidak terikat oleh ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual (KBBI, 2002:920). 1.6.4 Ejaan Bahasa Indonesia Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan terbitan Pusat Bahasa mengatur tentang pemakaian huruf, pemakaian huruf kapital dan huruf miring, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan pemakaian tanda baca. 1.7 Metode Penelitian 1.7.1 Pendekatan Penelitian Teknik penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data berupa kata-kata dari ”Tajuk Rencana” dikumpulkan dengan cara mencatatnya di dalam kartu data, kemudian dipindahkan dalam bentuk catatan. Data yang terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yang hendak dicapai. 1.7.2 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kata-kata, huruf, dan tanda baca yang digunakan oleh redaktur surat kabar dalam penulisan ”Tajuk Rencana.” 1.7.3 Sampel Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah bahasa redaktur dalam ”Tajuk Rencana” yang ada pada surat kabar harian Suara Merdeka dan harian Kompas pada bulan Maret 2004. 1.7.4 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari “Tajuk Rencana” di surat kabar harian berskala nasional dan berskala lokal. Surat kabar harian berskala nasional yang dianalisis adalah Kompas dan surat kabar harian berskala berskala lokal yang dianalisis adalah Suara Merdeka. 1.7.5 Teknik Pengumpulan Data Berdasarkan macam modelnya, teknik pengumpulan data adalah catatan pengamatan. Data berupa tulisan yang telah dicatat itu dipindahkan dalam bentuk catatan pada kartu data. Kemudian catatan tulisan tersebut dipilah-pilah antara yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan dan yang tidak sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan. Data berupa tulisan redaktur surat kabar dianalisis menurut kaidah penulisan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Sistem penulisan redaktur surat kabar dalam ”Tajuk Rencana” dikelompokkan berdasarkan kaidah penulisan kata, huruf, dan tanda baca. 1.7.6 Klasifikasi Data Data yang terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan kesalahan penulisan kata, huruf, dan tanda baca. 1.7.7 Teknik Analisis Data Data berupa tulisan kata-kata, huruf, dan tanda baca redaktur surat kabar dalam ”Tajuk Rencana” dianalisis per paragraf yang mengandung kesalahan ejaan menurut kaidah penulisan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. 1.8 Sistematika Penyajian Sistematika penyajian penelitian ini berupa susunan hasil penelitian dari bab awal sampai bab akhir,yang diuraikan sebagai berikut. Bab pertama berisi pendahuluan: meliputi latar belakang; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian; hipotesis; tinjauan pustaka; landasan teori; metode penelitian yang mencakupi pendekatan penelitian, populasi, sampel, sumber data, teknik pengumpulan data, klasifikasi data, teknik analisis data, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi analisis data tulisan redaktur surat kabar pada tulisan ”Tajuk Rencana.” Bab ketiga membahas penyebab terjadinya kesalahan ejaan ”Tajuk Rencana” dalam surat kabar. Bab keempat berupa penutup berisi simpulan dan saran. 2. Analisis Data Tulisan Redaktur Surat Kabar pada ”Tajuk Rencana” Berikut ini contoh analisis tulisan redaktur surat kabar pada ”Tajuk Rencana” harian Kompas dan Suara Merdeka. 2.1 Kompas Selasa, 9 Maret 2004 Demokrasi itu Juga Memutuskan dan Partisipasi 1. Alinea ke-1 SEKITAR sembilan bulan sudah status darurat militer ditetapkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Tak mengherankan apabila kunjungan Presiden Megawati Soekarnoputri ke provinsi itu menarik perhatian kita semua. Kita menilai sepantasnyalah Presiden melihat langsung apa yang sedang terjadi di provinsi yang masih terlibat konflik itu. Kehadiran presiden bukan hanya akan membesarkan hati masyarakat yang tinggal di sana, tetapi juga memperoleh informasi apa yang langsung dilihatnya sendiri. Dengan informasi itulah, Presiden bisa mengambil langkah lebih lanjut. Adalah tugas pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat, bukan hanya mereka yang tinggal di Nangroe Aceh darussalam (NAD), tetapi juga seluruh warga yang tinggal di wilayah Indonesia. o Terdapat kesalahan ejaan pemakaian huruf kapital pada kata sekitar dalam kalimat berikut ini. SEKITAR sembilan bulan sudah status darurat militer ditetapkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Sekitar sembilan bulan sudah status darurat militer ditetapkan di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. o Terdapat kesalahan ejaan pemakaian huruf kapital pada kata darussalam dalam kalimat berikut ini. Adalah tugas pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat, bukan hanya mereka yang tinggal di Nangroe Aceh darussalam (NAD), tetapi juga seluruh warga yang tinggal di wilayah Indonesia. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Adalah tugas pemerintah untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat, bukan hanya mereka yang tinggal di Nangroe Aceh Darussalam (NAD), tetapi juga seluruh warga yang tinggal di wilayah Indonesia. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata presiden dalam kalimat berikut ini. Kita menilai sepantasnyalah Presiden melihat langsung apa yang sedang terjadi di provinsi yang masih terlibat konflik itu. Dengan informasi itulah, Presiden bisa mengambil langkah lebih lanjut. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Ejaan yang tepat untuk kalimat di atas sebagai berikut. Presiden melihat langsung apa yang sedang terjadi di provinsi yang masih terlibat konflik itu. Dengan informasi itulah, presiden bisa mengambil langkah lebih lanjut. 2. Alinea ke-2 HAL yang sekarang ini menjadi kontroversi di NAD adalah pembangunan jalan Ladia Galaska (Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka). Pembangunan ini di satusisi bisa mengangkat kehidupan masyarakat dari keterisolasian, tetapi di sisi lain dikhawatirkan bisa merusak potensi hutan di kawasan itu. Proyek Lidia Galaska akan melintasi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Di kawasan itu bukan hanya hutannya yang perlu dijaga, tetapi yang jauh lebih penting menjaga plasma nutfah, baik dari tumbuhan maupun binatang yang hidup di sana. Kondisi Gunung Leuser sendiri sekarang ini sangatlah memprihatinkan. Tingkat kerusakan yang terjadi sangatlah tinggi. Belum hilang dari ingatan kita bagaimana bencana Bohorok terjadi akibat rusaknya daerah hulu sehingga terjadilah banjir bandang. Ketika proyek Ladia Galaska belum dibuka, tingkat kerusakan hutannya sudah begitu tinggi. Bukankah ketika jalur jalan yang membentang dari lautan Hindia ke Selat Malaka itu dibangun, terbuka kemungkinan terjadinya tingkat kerusakan yang lebih tinggi. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata hal dalam kalimat berikut ini. HAL yang sekarang ini menjadi kontroversi di NAD adalah pembangunan jalan Ladia Galaska (Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Hal yang sekarang ini menjadi kontroversi di NAD adalah pembangunan jalan Ladia Galaska (Lautan Hindia, Gayo, Alas, dan Selat Malaka). 3. Alinea ke-3 PRESIDEN Megawati mengatakan bahwa dirinya bukan tidak mendengarkan pandangan kelompok pencinta lingkungan itu. Namun, persoalannya, bukan hanya persoalan lingkungan yang harus diperhatikan, tetapi juga yang tidak kalah pentingnya adalah masyarakat yang tinggal di sana. Seperti diungkapkan Ulama M Nasir Wali ketika berdialog dengan Presiden, masyarakat mengharapkan agar ada infrastruktur yang melintas di kawasan tengah Provinsi NAD itu. Dengan adanya jalan lintas itu, masyarakat akanterangkat kehidupannya. Presiden mengingatkan agar pembukaan jalan tembus itu tidak sampai justru merusak kondisi Taman Nasional. Oleh karena itu, harus dievaluasi lagi pelaksanaan proyek di lapangan. Kalau memang ada yang merusak kawasan Taman Nasional, lebih baik dicarikan jalan melingkar. Bahkan, lebih jauh Presiden mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi kondisi Taman Nasional. Pemerintah daerah kalau perlu kemudian membuat peraturan daerah yang melarang adanya bangunan di sekitar jalan tembus Ladia Galaska. Bahkan, lebih ekstrem, Presiden mengusulkan dibangunnya pagar di sepanjang jalan tersebut agar maksud dari pembangunan jalan tembus itu tidak menyimpang dari tujuan. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata presiden dalam kalimat berikut ini. PRESIDEN Megawati mengatakan bahwa dirinya bukan tidak mendengarkan pandangan kelompok pencinta lingkungan itu. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Presiden Megawati mengatakan bahwa dirinya bukan tidak mendengarkan pandangan kelompok pencinta lingkungan itu. o Terdapat kesalahan ejaan pada penulisan singkatan nama orang pada nama M Nasir Wali dan penulisan huruf kapital pada kata presiden dalam kalimat berikut. Seperti diungkapkan Ulama M Nasir Wali ketika berdialog dengan Presiden, masyarakat mengharapkan agar ada infrastruktur yang melintas di kawasan tengah Provinsi NAD itu. Bahkan, lebih jauh Presiden mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi kondisi Taman Nasional. Bahkan, lebih ekstrem, Presiden mengusulkan dibangunnya pagar di sepanjang jalan tersebut agar maksud dari pembangunan jalan tembus itu tidak menyimpang dari tujuan. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Seperti diungkapkan Ulama M. Nasir Wali ketika berdialog dengan presiden, masyarakat mengharapkan agar ada infrastruktur yang melintas di kawasan tengah Provinsi NAD itu. Bahkan, lebih jauh presiden mengajak masyarakat untuk ikut mengawasi kondisi Taman Nasional. Bahkan, lebih ekstrem, presiden mengusulkan dibangunnya pagar di sepanjang jalan tersebut agar maksud dari pembangunan jalan tembus itu tidak menyimpang dari tujuan. Bahkan, lebih ekstrem, presiden mengusulkan dibangunnya pagar di sepanjang jalan tersebut agar maksud dari pembangunan jalan tembus itu tidak menyimpang dari tujuan. 4. Alinea ke-4 SETIDAKNYA ada dua hal menarik dari keputusan Presiden untuk melanjutkan proyek Ladia Galaska. Pertama, pemerintah sangat terbuka bagi terjadinya dialog yang intens. Semua pihak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, baik yang pro maupun kontra. Namun, demokrasi tidak hanya berkutat pada sekadar wacana. Pada akhirnya, demokrasi harus juga sampai pada keputusan. Itu, yakni melanjutkan proyek tersebut. Bukan hanya keputusan yang diambil, tetapi hal itu juga dikomunikasikan. Presiden secara terbuka menjelaskan dasar dari pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata setidaknya dan presiden dalam kalimat berikut ini. SETIDAKNYA ada dua hal menarik dari keputusan Presiden untuk melanjutkan proyek Ladia Galaska. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Setidaknya ada dua hal menarik dari keputusan presiden untuk melanjutkan proyek Ladia Galaska. 5. Alinea ke-5 HAL yang kedua adalah soal partisipasi. Demokrasi bukan berarti bebas, apalagi kemudian diartikan sebagai asal berbeda. Demokrasi bukanlah sekadar menempatkan kamu di sana dan kami di sini, tetapi juga menuntut adanya partisipasi. Dalam kaitan dengan proyek Ladia Gaska, partisipasi dari kita masyarakat adalah bagaimana turut mengawasi agar proyek itu tidak sampai menyimpang. Kita harus ikut mengawal agar jangan sampai pembangunan jalan Ladia Galaska, yang bertujuan untuk membuka keterisolasian masyarakat, tidak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk merusak hutan. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pembangunan sering kali diselewengkan. Atas nama pembangunan, justru akhirnya masyarakatlah yang dirugikan. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata hal dalam kalimat berikut ini. HAL yang kedua adalah soal partisipasi. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Hal yang kedua adalah soal partisipasi. 6. Alinea ke-6 PELAJARAN berharga bagi pemerintah adalah betapa kita lemah dalam menegakkan hukum. Kekhawatiran bagi terjadinya perusakan Taman nasional Gunung Leuser tidak akan terjadi kalau kita mampu menegakkan hukum seperti apa adanya. Pernah terjadi, sebuah tim yang ditugasi mengawasi kondisi Taman Nasional Gunung Leuser disandera oleh para perambah hutan. Hal itu menunjukkan betapa mereka yang punya otoritas untuk menjaga kelestarian lingkungan kalah galak daripada para perusak lingkungan. Kita melihat betapa setiap hari pembabatan hutan terus terjadi. Foto-foto yang dibuat wartawan Kompas pada edisi hari Minggu 7 Maret lalu memperlihatkan betapa mengkhawatirkannya pencurian kayu di kalimantan Tengah. Dengan tenangnya warga menarik kayu gelondong hingga ke tengah laut, untuk kemudian diangkut ke atas kapal besar dan diekspor ke luar negeri. Apakah warga itu menikmati hasil penjualan kayu tersebut? Ternyata tidak. Kualitas hidup masyarakat di Kalimantan Tengah sama sekali tidak terangkat oleh bisnis kayu yang seharusnya menghasilkan miliaran rupiah itu. Kita bukan ingin mementahkan putusan pemerintah itu. Kita sekali lagi hanya mengingatkan betapa yang namanya pembangunan tidak selalu menguntungkan masyarakat. Itu akan terjadi kalau kita tidak mampu mengawal keputusan tersebut agar kredibel dan dihormati. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan huruf kapital pada kata hal dalam kalimat berikut ini. PELAJARAN berharga bagi pemerintah adalah betapa kita lemah dalam menegakkan hukum. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Oleh karena itu, pemakaian huruf kapital pada semua kata di awal kalimat tersebut menyalahi kaidah ejaan dan harus diubah sedemikian rupa sehingga huruf kapital pada kata tersebut hanya ada di awal kata saja. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Pelajaran berharga bagi pemerintah adalah betapa kita lemah dalam menegakkan hukum. 2.2 Suara Merdeka Selasa, 23 Maret 2004 Mismatch Perbankan dan Keraguan Sektor Riil 1. Alinea ke-1 Di tengah ingar-bingar kampanye pemilu, situasi perekonomian relatif stabil. Tidak terjadi guncangan berarti baik di pasar modal maupun pasar uang. Kendati pada minggu pertama sempat ada penurunan indeks harga saham gabun-gan (IHSG), namun tidak terlalu mencolok dan kemudian bisa dikatakan normal lagi. Kinerja perekonomian secara nasional pada triwulan I tahun 2004 juga relatif baik. Angka inflasi rata-rata 4,82 persen atau lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai di atas 5 persen. Sementara itu, kondisi cadangan devisa, kurs rupiah, dan suku bunga bank pun relatif aman. Dalam arti tidak terjadi perubahan dan tetap menstabil. Inilah yang cukup melegakan kita karena sebelumnya sempat muncul kekhawatiran menghadapi pemilu. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan kata namun dan pemenggalan kata dalam kalimat berikut ini. Kendati pada minggu pertama sempat ada penurunan indeks harga saham gabun-gan (IHSG), namun tidak terlalu mencolok dan kemudian bisa dikatakan normal lagi. Kata namun penulisannya diikuti oleh tanda koma. Kata namun dipergunakan sebagai kata penghubung antarkalimat yang terletak di awal kalimat. Oleh karena itu, kata namun harus ditulis dengan diawali huruf kapital. Oleh karena itu, kalimat di atas bukan terdiri atas satu kalimat saja, melainkan dua kalimat. Pemenggalan kata jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Huruf n dan g adalah gabungan huruf yang menghasilkan bunyi nasal atau sengau. Gabungan huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Kendati pada minggu pertama sempat ada penurunan indeks harga saham ga-bungan (IHSG). Namun, tidak terlalu mencolok dan kemudian bisa dikatakan normal lagi. Atau Kendati pada minggu pertama sempat ada penurunan indeks harga saham gabu-ngan (IHSG). Namun, tidak terlalu mencolok dan kemudian bisa dikatakan normal lagi. Atau Kendati pada minggu pertama sempat ada penurunan indeks harga saham gabung-an (IHSG). Namun, tidak terlalu mencolok dan kemudian bisa dikatakan normal lagi. 2. Alinea ke-2 Meskipun demikian, ada persoalan yang tetap dirasakan yakni belum bergeraknya sektor riil seperti diharapkan. Hal itu juga tampak dengan masih menumpuknya dana di perbankan karena belum mampu diserap oleh kalangan industriawan dan pelaku sektor riil pada umumnya. Bahkan, menurut Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah, selama setahun terakhir ini cukup banyak dana kredit yang telah disetujui industri perbankan ternyata tidak dimanfaatkan atau ditarik sektor riil. Hal itu disebabkan oleh sikap kehati-hatian dari kedua pihak, baik sektor perbankan maupun pelaku duia usaha. Pada umumnya sikap wait and see ini dikaitkan dengan pelaksanaan pemilu tahun ini. Di samp-ing tentu ada persoalan-persoalan lain yang masih jadi ganjalan. o Terdapat kesalahan ejaan pada pemenggalan kata samping dalam kalimat berikut ini. Di samp-ing tentu ada persoalan-persoalan lain yang masih jadi ganjalan. Pemenggalan kata jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Di sam-ping tentu ada persoalan-persoalan lain yang masih jadi ganjalan. 3. Alinea ke-4 Mengapa sektor riil masih ragu? Pertanyaan yang gampang-gampang susah dijawab. Siapa yang lebih merasa harus bersikap ekstra hati-hati menghadapi situasi sekarang. Perbankan atau pengusaha? Yang jelas dari target penyaluran kredit yang ditetapkan di atas Rp 40 triliun, kemungkinan tidak terserap sepenuhnya. Tahun 2003 penyaluran kredit mencapai Rp 26 triliun. Keraguan dunia usaha khususnya sektor riil tidak melulu karena perkembangan situasi politik. Tentu ada masalah lain terutama menyangkut kondisi pasar mereka. Namun secara keseluruhan iklim usaha memang sepenuhnya menunjang. Dan itu tidak bisa tidak terkait dengan pelaksanaan pemilihan umum yang tetap masih merupakan misteri sampai saat ini. o Terdapat kesalahan ejaan penulisan kata namun dan pemenggalan kata dalam kalimat berikut ini. Namun secara keseluruhan iklim usaha memang sepenuhnya menunjang. Kata namun dipergunakan sebagai kata penghubung antarkalimat yang terletak di awal kalimat maka kata namun harus ditulis dengan diawali huruf kapital. Oleh karena itu, kalimat tersebut harus dipecah menjadi dua kalimat, bukan satu kalimat. Namun merupakan konjungsi antarkalimat. Oleh karena itu, kata namun harus ditulis di awal kalimat dan ditulis dengan huruf awal kapital. Namun sebagai konjungsi antarkalimat penulisannya harus diikuti oleh tanda koma. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Ejaan yang tepat kalimat di atas sebagai berikut. Namun, secara keseluruhan iklim usaha memang sepenuhnya menunjang. 3. Penyebab Terjadinya Kesalahan Ejaan ”Tajuk Rencana” Tajuk rencana merupakan daerah kekuasaan penulisan seorang redaktur surat kabar. Redaktur surat kabar dituntut sedemikian rupa untuk menuliskan sebuah topik yang diulas dalam bentuk tajuk rencana. Tajuk rencana yang ditulis oleh redaktur surat kabar dari segi ejaan belum sepenuhnya sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ketidaksesuaian sistem penulisan tajuk rencana surat kabar dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia tersebut dimungkinkan terjadi oleh beberapa sebab. 3.1 Ketidak pedulian Redaktur tentang Ejaan Pada umumnya para pekerja pers bukanlah orang-orang yang mendapatkan pendidikan secara khusus tentang kebahasaan. Demikian pula, seorang redaktur surat kabar tidak selalu berlatar belakang pendidikan formal dari bidang bahasa. Meskipun demikian, di dalam menggeluti dunia jurnalistik paling tidak mereka belajar tentang tata tulis. Tidak selalu seorang redaktur dalam menulis tajuk rencana memperhatikan ejaan. Mereka lebih cenderung untuk memilih sistem penulisan yang komunikatif dan memenuhiprinsip ekonomi. 3.2 Keterbatasan Waktu Tidak dapat dipungkiri lagi sebuah surat kabar setiap terbit dibatasi oleh waktu. Apalagi surat kabar harian yang terbit setiap hari, hanya mendapat waktu satu hari untuk menulis sampai thap pencetakan. 3.3 Kehematan Alasan lain yang menjadi sebab terjadinya kesalahan ejaan dalam tajuk rencana surat kabar adalah kehematan. Kehematan ini berarti pemanfaatan sebesar-besarnya kolom dan lajur surat kabar untuk penempatan huruf, kata, tanda baca, dan angka. Setiap kolom dan spasi sangat berharga karena menyangkut jumlah nominal dalam operasional sebuah surat kabar. Oleh karena itu, prinsip ekonomis inilah yang menjadi salah satu penyebab redaktur surat kabar tidak memperhatikan kaidah ejaan. 3.4 Kecermatan Manusia adalah makhluk yang memiliki keterbatasan, demikian pula redaktur surat kabar. Dalam menjalankan tugasnya menyajikan sebuah berita, seorang redaktur tidak luput dari segala keterbatasannya. Berkaitan dengan hal ini, masalah ejaan misalnya, mereka belum tentu tidak mengetahui ejaan. Walaupun, tulisan yang mereka hasilkan ternyata menyalahi kaidah ejaan. Hal ini semata-mata karena ketidakcermatan redaktur surat kabar dalam menyajikan tulisan berupa tajuk rencana. 4. Penutup 4.1 Simpulan Analisis penelitian ini menunjukkan adanya kesalahan ejaan dalam penulisan tajuk rencana surat kabar, baik surat kabar berskala nasional maupun berskal lokal. Namun, dibandingkan dengan kesalahan ejaan tajuk rencana yang terdapat dalam surat kabar berskala nasional, kesalahan ejaan lebih banyak dijumpai dalam tulisan tajuk rencana surat kabar lokal. Kesalahan ejaan yang ditemukan dalam tajuk rencana surat kabar berdasarkan analisis penelitian ini adalah kesalahan penulisan tanda baca, kesalahan penulisan huruf, dan kesalahan pemenggalan kata. 4.2 Saran Tajuk rencana sebagai karangan pokok yang ditulis oleh seorang redaktur surat kabar seharusnya sistem penulisannya lebih baik dibandingkan tulisan lain yang terdapat di dalam surat kabar tersebut. Mengingat redaktur surat kabar bukanlah orang biasa, melainkan orang terpilih yang menguasai bidang tulis-menulis. Oleh karena itu, seharusnya penulisan tajuk rencana mengikuti kaidah ejaan. Hal ini sesuai dengan peran media massa sebagai wahana masyarakat untuk memperoleh informasi. Jadi, sudah sepatutnya penulisan tajuk rencana tidak hanya berupa ulasan berita saja, tetapi memberikan informasi kebahasaan yang tepat bagi masyarakat pembacanya. Idealnya para pekerja pers memiliki waktu yang memadai untuk menjalankan tugas masing-masing agar tidak terjadi kesalahan ejaan. Selain itu, perlu diberikan bekal pendidikan secara khusus soal kebahasaan kepada para pekerja pers agar kesalahan ejaan dapat terkurangi semaksimal mungkin.
DAFTAR PUSTAKA Alwasilah, Chaedar. A. 1989. Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Alwi, Hasan dkk. 2000. Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi: Pemantapan Peran Bahasa sebagai Sarana Pembangunan Bangsa. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. ------. 2003.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dahlan, M. Alwi. 2003. “Radio sebagai Media Pendidikan dan Komunikasi Politik.” Dalam www. Pustekom. Go.id/teknoloRadio.htm. Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya. Jumariam. 2000. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Moleong, Lexy J. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar